DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
lmu
kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi,struktur dan sifat kimia
atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia atau
suatu materi yang di ciptakan atau memusnahkan serta dapat dijelaskan proses
atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan
materi dan energy.
Kita
hidup dalam era polimer Bahan bahan polimer alam yang sejak dahulu telah
dikenal dan dimanfaatkan, seperti kapas, wool, dan damar Polimer sintesis.
Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag pada saat titik akhir
titrasi dicapai akan bereaks idengan indicator membentuk endapan coklat
kemerahan.
Kadar
halogen dalam air dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan suatu
metode analisis titrimetri titrasi. Dalam percobaan dalam laboratorium kita
sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan dengan yang disebutdengan titrasi.
titrasi
sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan pada makalah ini adalah :
1. Apakah
yang dimaksud dengan titrasi argentometri ?
2. Apakah
yang dimaksud metode Mohr ?
BAB
II
PEMBAHASAN
Titrasi adalah cara analisis yang
memungkinkan kita untuk megukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan
mereaksikan dengan suatu larutan yang konsentrasinya diketahui. Analisis
semacam ini menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analisis
volumemetri. Pada titrasi salah satu larutan dimasukkan kedalam buret atau
disebut dengan titran, sedangkan larutan lainnya dimasukkan dalam labu
Erlenmeyer yang disebut dengan titrat. Larutan titran dicampurkan dengan titrat
sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna indikator
pH, yang merupakan suatu zat yang pada umumnya ditambahkan kedalam larutan
titrat dan mengalami semacam perubahan warna. Perubahan warna menandakan bahwa
reaksi telah selesai dan merupakan titik akhir titrasi.
Suatu titrasi yang menghasilkan endapan
dan terjadi pembentukan ion kompleks adalah proses argentometri. Istilah
Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion
Ag+. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai
larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam
dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan
atau senyawa kompleks dengan ion Ag+.
2.1 Argentometri
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang
telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam
larutan pemeriksaan dapat ditentukan. Titrasi argentometri tidak hanya dapat
digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent
seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah
titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut
AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) - >
AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan
berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator
lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan
jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat
dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode
potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk
dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen
agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat
dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan
indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:
1. Metode Mohr; metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan
larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi
endapan perak klorida dan setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit
perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat
yang berwarna merah.
2. Metode Volhard; Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam
dengan larutan baku kalium atau amonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat
ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium
sulfat sebagai indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)
tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan
dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3
jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukkan.
3. Metode K.Fajans; Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, sebagai
kenyataan bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan.
Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada
permukaan endapan. Endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid.
4. Metode Liebig; Pada metode ini tiitk akhir titrasinya tidak ditentukan
dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan
perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan
putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida
yang stabil. Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih
lanjut akan menghasilkan endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh
terjadinya kekeruhan yang tetap. Kesukaran dalam memperoleh titik akhir yang
jelas disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati
ititk akhir.
2.2 Metode Mohr
Metode ini di pakai terutama dalam penentuan klorida dan bromida.Suatu
larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3,maka akan terjadi :
Ag+ + Cl-
AgCl

Titik akhir titrasi
dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 dengan
ion Ag+ berlebih menghasilkan endapan merah dari AgCrO4.
Kelebihan dari AgCl yang berwarna putih mulai berubah warna menjadi
kemerah-merahan. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana netral agar dapat
diperoleh dalam keadaan murni. Sebagai larutan baku primer mempunyai bobot
equivalen yang tinggi.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai
indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi
dari kuning menjadi kemerahan. Perubahan
warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat
hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini,
yaitu AgNO3. Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan
AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan
Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+
akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4
yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila
terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan pada pH 6-10. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4-, sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan pada pH 6-10. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4-, sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan pada makalah ini adalah :
1.
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan
endapan dengan ion Ag+.
2.
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan
berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi yaitu
metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing.
3.
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan
larutan kalium kromat sebagai indikator.
4.
Titrasi
dengan metode Mohr hanya dilakukan pada pH 6-10.
5. Kemunculan awal endapan perak kromat
berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir dari titrasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Harizul,
Rivai. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. Jakarta :
Universitas Indonesia
Press
22
Harjadi, W.
1996. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta : Gramedia
Khopkhar, SM.
1990. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta :
Universitas
Indonesia
Press
Underwood.
1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar