Cute Strawberry

Jumat, 26 Juni 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA - ENZIM








I. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Enzim atau biokatalisator dihasilkan oleh sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum.

Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya. Enzim katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam melakukan reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase termasuk ke dalam golongan desmolase, yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-N pada substrat yang diikatnya.

Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui dan memahami kerja suatu enzim,khususnya kerja enzim amilase yang terdapat pada saliva yang dilarutkan pada pati,maka percobaan ini dilakukan.

1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuannya adalah untuk menganalisis secara kualitatif anzim amilase dan aktifitasnya.













II. TINJAUAN PUSTAKA


Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985). Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun (Juryatin, 1997).
           
Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Tanpa pembentukan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolic yang berbeda (Cartono,2004).

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat :
·         Panas
·         Asam atau basa kuat
·         Pelarut organik
·         Pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein
 (Campbell, 2000)

Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa
berupa senyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat pada bagian protein enzim. Bila ikatan itu lemah maka kofaktor tadi disebut co-enzim dan dan jika terikat erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Pada umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut co-enzim saja. Apabila enzim itu terdiri dari bagian seperti yang diterangkan diatas maka keseluruhan enzim itu dinamakan holo enzim. Bagian protein dinamakan apo-enzim dan bagian non proteinnya disebut co-enzim.fungsi logam pada umumnya adalah untuk memantapkan ikatan substrat pada enzim atau mentransfer electron yang timbul selama proses katalisis (Anna Poedjiadi, 1994).

Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):
a)      Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
b)      Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan aminotrandferase atau disebut juga transminase.
c)      Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa enzim dalam kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase, aminopepetidase, karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin.
d)     Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
e)      Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase dan glukosafosfat isomerase.
f)       Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat karboksilase.

Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury, 1995). Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya (Sadikin, 2002). Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Dwidjoseputro, 1992) :
1.      berfungsi sebagi biokatalisator
2.      merupakan suatu protein
3.      bersifat khusus atau spesifik
4.      merupakan suatu koloid
5.      jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6.      tidak tahan panas

Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006). Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar yang berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan berubah. dari golongan protease dan urase serta beberapa jenis enzim lainnya (Dwidjoseputro, 1992).








III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan adalah Tabung Reaksi, Penangas air, Gelas ukur 50 ml, Pipet ukur 5 ml, Kertas pH indikator universal, Rak tabung reaksi, Penjepit tabung reaksi dan Gelas piala 50 ml

Adapun bahan bahan yang digunakan adalah Pereaksi Milon, Pereaksi Fosfat, Pereaksi Molisch, HCL, Asam Asetat, Air Liur, Pereaksi Benedict, Akuades, Musin, NaOH, dan CuSO4

3.2  Prosedur Kerja
1.      Sifat Susuan Air Liur
Bersihkan rongga mulut anda dengan cara berkumur-kumur beberapa kali. Kunyang sepotong lilin atau kapas atau kertas kering yang dibasahi sedikit dengan asam asetat encer, maksudnya untuk menstimulis produk air liur (saliva). Kumpulkan air liur anda ini kedalam gelas piala samapi 50 ml dan saring dengan bulu gelas.
Uji air liur ini terhadap :
1)      Bobot jenis dengan menggunakan urinometer
2)      Uji reaksi dengan lakmus
3)      Uji dengan pereaksi biuret, milon dan molisch, fosfat dan HCL
4)      Uji terhadap musin
Pada 2 ml air liur ditambahkan satu tetes asam asetat encer. Jika ada musin akan terbentuk endapan putih yang amorfous

2.      Hidrolisa Pati Oleh Amilase Air Liur
1)      Menambahkan 2 ml air liur dari hasil percobaan 1, di atas pada 10 ml larutan pati atau kanci 1 persendan mengkocok lalu simpan pada 37 derajat celcius. Mencatat kapan terlihatnya opalesen dan berubahnya kekentalan, setiap selang satu menit pindahkan satu tetes ke papan porselin (papan uji) dan tetesi dengan pereaksi iodium. Mencatat pada menit berapa timbul warna biru, warna kecoklatan dan kapan tidak memperlihatkan perubahan warna lagi ( ingat pereaksi yodium sendiri bewarna kecoklat-coklatan). Saat pereaksi yodium tidak positif lagi disebut titik akhromatik.
2)      Membandingkan waktu yang anda dapat sampai tidak memperlihatkan warna positif dengan pereaksi yodium dengan waktu yang ditemukan oleh kelompok lain jika percobaan ini dilakukan pada waktu dan cara yang sama, apakah hasilnya juga akan sama.bagaimanakah komentar anda?.








IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil Pengamatan
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
A
Hidrolisa pati dengan larutan KI

1.
Menit ke 1:21:49
·          larutan mengental
2.
detik ke 51
Warna biru
3.
menit ke 02:34
Warna coklat
4
menit ke 05:34
Tidak berwarna
B
Uji Biuret


Air liur 30 tetes + NaOH 40% 10 Tetes + CuSO25 tetes
Warna menjadi ungu
C
Uji dengan Molisch


air liur 30 tetes + Molisch 2 tetes + Asam asetat 3 ml

Warnanya putih menggumpal
( negatif )
D
Uji Musin


2 ml air liur ditambahkan satu tetes asam asetat
berwarna bening tidak ada endapan ( tidak ada musin )
E
Sifat susunan air liur


Kertas lakmus dicelupkan pada air liur
 Bersifat basa dengan lakmus
F
.      Pati mentah

1.
Warna biru
55,54 detik
2.
Warna coklat            
02:47 detik
3.
Tidak berwarna
05:57 detik

4.2  Pembahasan
Pada praktikum kami yang menghidrolisa pati dengan larutan KI yang menggunakan bahan dasar air liur ( ludah ) yang di campurkan dengan larutan KI, setelah dicampurkan dan di aduk sampai merata. Pada detik ke 51 terbentuk warna biru dari campuran larutan tersebut dan pada menit ke 1:21:49 larutan akan mengental. Sedangkan pada menit k 02:34 terbentuk warna coklat dan pada menit ke 05:34 larutan tidak berwarna lagi.

Pada uji biuret dan molisch yang menggunakan bahan dasar air liur , NaOH 40% 10 tetes dan CuSO4serta asam asetat 3 ml dan molisch  tetes sebanyak . Pada uji biuret menghasilkan warna ungu yang bearti bahwa air liur mengandung protein sementara pada pereaksi molisch menghasilkan warna putih susu dan menggumpal ( negatif ) dan tidak mengandung endapan sehingga air liur tidak mengadung protein. Hasil ini sesuai dengan literatur bahwa enzim amilase yang terdapat pada air liur mengadung protein bukan mengadung karbohidrat.

Pada uji coba sifat susunan air liur yang menggunakan indikato Ph atau kertas lakmus menunjukan bahwa air liur tersebut bersifat basa dengan berwarna biru dengan indikator Ph 7 – 14 untuk basa , 1- 7 pada asam dan 7 yaitu netral. Sementara pada uji musin air liur berwarna bening dan tidak ada endapan yang menandakan tidak adanya musin pada air liur tersebut. Jika ada musin akan terbentuk endapan putih yang amorfous.

Pada uji coba pati mentah air liur yang digunakan sebagai bahan dasarnya,
setelah pencampuran dengan bahan-bahan yang digunakan akan terbentuk
·         Warna biru                : 55,54 detik
·         Warna coklat             : 02 : 47 detik
·         Tidak berwarna         : 05 : 57 detik







IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Enzim amilase yang terdapat pada air liur mengandung protein
2.      Enzim amilase bersifat basa
3.      Enzim amilase tidak mengandung musin
4.      Pada uji molish, menghasilkan warna putih susu dan menggumpal dan tidak mengandung endapan yang menandakan uji negatif
5.      Pada uji pati mentah, menunjukan tidak ada lagi perubahan warna sampai menjadi tak berwarna.

6.       






DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Press
Suhtanry, Rubianty. 1985. Kimia Pangan. Makassar : Badan Kerja Sama
Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur
Cartono. 2004. Biologi Umum. Bandung : Prisma Press
Campbell, N. A. 2000. Biologi Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga
Poedjiadi, Anna dan Supriyatin, Titin. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Sadikin M. 2002. Seri biokimia : biokimia enzim. Jakarta : Widya Medika
Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan  Jilid 2. Bandung  :
ITB Press